Tag Archives: Gosip

Are You A Homophobic Or Something?

18 Jan

Baru saja saya mengobrol dengan seseorang yang mengira saya ini lesbi. Meskipun pada akhirnya dia berkata kalau dia sedang bercanda, tapi saya tahu pasti kalau dia serius ingin memastikan orientasi seksual saya.

Lantas apa perlu saya membuat sebuah klarifikasi?

Umm…, sebenarnya tidak juga sih. Toh tidak peduli seberapa keras saya membantah gosip-gosip murahan itu dan menyatakan secara terang-terangan tentang orientasi seksual saya, mereka tidak akan pernah mendengar saya. Bukankah mereka, orang-orang yang senang bergosip mengenai hal-hal yang murahan itu, hanya mendengar apa yang ingin mereka dengar?

Tapi kali ini saya benar-benar merasa perlu menuliskan ini di blog saya. Ya… ya…, saya EMOSI!

Jadi gosip kalau saya lesbi ini bukan pertama kalinya saya dengar. Beberapa tahun yang lalu, ketika saya dalam masa cuti kuliah saya, saya pernah mendengar gosip sejenis. Ironi sekali mengingat gosip murahan ini beredar di tempat dimana saya sangat jarang bersosialisasi bernama: kampus, sebuah institusi yang harusnya berisi orang berpendidikan.

Dengan pemikiran positif bahwa tidak ada asap kalau tidak ada api, saya pun mencoba untuk menyelidiki kenapa akhirnya banyak sekali mereka yang bahkan tidak kenal saya bergosip seperti itu hingga akhirnya gosip tersebut membuat banyak orang percaya dan membuat saya merasa nama baik saya tercemar.

Iya, saya merasa mereka telah mencemarkan nama baik saya dan kalau saja saya punya bukti otentik mengenai siapa yang pertama kali menyebarkan gosip murahan tersebut, saya pasti sudah menghubungi pengacara dan melaporkan orang terkutuk itu ke pengadilan atas dasar pencemaran nama baik. Berlebihan? I don’t think so. Bukannya saya sebagai warga negara Indonesia yang baik memiliki hak untuk melaporkan setiap tingkah laku orang lain yang terasa mengganggu kehidupan saya?

Oke, balik ke topik awal! Beberapa orang memang sempat mengatakan secara langsung bahwa kemungkinan terbesar penampilan fisik saya membuat saya terlihat lesbi. Jadi sekarang saya merasa bersalah karena gen cara berjalan ayah saya yang tidak ‘rapet’ atau anggun seperti para model di catwalk menurun ke saya. Jadi sekarang saya merasa bersalah karena saya lebih merasa nyaman menggunakan T-shirt, celana jeans, dan sneaker. Jadi sekarang saya merasa bersalah karena saya ini tipikal manusia wash up and go, bukan seperti wanita kebanyakan yang senang berlama-lama di depan kaca untuk berdandan. Jadi sekarang saya merasa bersalah karena saya lebih  nyaman dengan rambut pendek saya ketimbang memanjangkan rambut saya.

Lantas apakah itu berarti saya harus mengubah penampilan fisik saya? Harus mulai memanjangkan rambut saya (seperti yang sedang saya lakukan sekarang), memakai rok (yang juga sudah mulai saya lakukan), berdandan (juga mulai saya lakukan), dan memakai sepatu high heels (yes, saya juga sudah mulai melakukannya).

Ah, tapi betapa dangkalnya saya kalau saya harus mendengar pendapat mereka hingga akhirnya saya mengubah penampilan saya hanya untuk menjauhi diri dari gosip mengenai orientasi seksual saya.

Jadi saya memutuskan untuk menutup telinga saya pada mereka, para penggosip sialan yang sangat dangkal dengan menilai orientasi seksual seseorang berdasarkan penampilan fisiknya.

Situ pikir semua perempuan yang memakai t-shirt, sneaker, berambut pendek, dan tidak dandan adalah lesbian? Hello… open your eyes, then! Saya mengenal seorang lesbian yang berambut panjang, suka dandan, pergi selalu mengenakan sepatu hak, dan sangat wanita. So you’re wrong!

Iya saya tahu kalau setiap orang memiliki kecenderungan untuk do judge a book by its cover, tapi untuk saya tidak fair saja kalau ada seseorang yang menilai orientasi seseorang berdasarkan tampilan luarnya saja.

Dan lagian nih ya… kalau misalnya, ini cuma kalau lho ya, kalau misalnya saya beneran lesbi memangnya apa urusannya sama orang lain? Urus diri sendiri saja belum benar mau sok-sokan ngurusin orang lain!

Last note: sebenarnya saya nggak suka merasa diri saya lebih superior dibandingkan yang lain, tapi sekarang saya bisa mengerti kenapa saya tidak pernah benar-benar merasa cocok dengan mereka: karena meskipun dari segi ekonomi saya di bawah mereka, tapi setidaknya dari kelas sosial saya lebih tinggi, setidaknya saya tidak kampungan seperti mereka yang menilai orientasi seksual berdasarkan penampilan luarnya dan hanya berani ngomong di belakang saja!

P.S. maaf untuk curhat yang sangat impulsif ini, blogger!

Gossip

29 Aug

819849_gossipKetowel sama statusnya seorang teman di Facebook yang menyatakan kalau godaan terberat selama bulan puasa adalah gosip. Setuju! Setuju banget! Mengingat salah satu ritual wajib di hampir setiap acara hangout saya dengan begitu banyak gang (tsah gang!) yang saya punya adalah bergosip, mulai dari gosip nggak penting seputaran seleb yang lagi booming kayak kasus Marshanda sekarang, sampai gosip seputaran orang-orang yang nyelebnya cuma di dunia saya dan teman-teman saya saja.

“Mau berita bagus, mau berita jelek, atau bahkan cuma berita yang seliweran nggak jelas, gosip itu tetap jadi acara wajib harian kalee!”

Nah yang di atas itu kutipan kalimat seorang teman yang lainnya.

Gosip emang hal paling menyenangkan untuk dilakukan. Mau mood lagi jelek, badan lagi capek, tulang berasa patah-patah, semangat hidup menurun (okay… mulai sounds too much!), gosip bisa bikin semua orang yang saya kenal maksudnya mendadak semangat.

Bergosip ria juga bisa bikin saya dan teman-teman saya lupa waktu. Terutama sama si ibu yang satu ini. Jadi inget nongkrong dahsyat sambil bergosip di Oh Lala Plaza Dago yang sekarang udah nggak ada dari jam 8 malem sampai adzan shubuh.

Nggak bisa ngelak deh kalau gosip adalah pemberi kontribusi terbesar terhadap dosa-dosa kecil saya selain ciuman. Tapi yah mau digimanain lagi ya… habisnya menyenangkan deh. Apalagi kalau gosipnya udah sampai di tahap kombinasi sama nyela, dijamin bisa bikin mood yang lagi ancur kembali menyemangat dan bisa bikin perut sakit gara-gara ketawa-ketawa.

Ya Allah… mudah-mudahan pengakuan dosa sekarang ini bisa mengurangi dosa saya yang numpuk itu.

Okay, back to the topic!

Bergosip emang menyenangkan banget buat pelaku tapi nggak buat korban, tapi buat saya gosip juga tetap ada etikanya juga dong ah. Jangan sampai gosip itu malah ntarnya jadi ‘doa’ yang nggak-nggak untuk si korban gosip.

Kayak dulu tuh, waktu si Zhe baru saja pulang dari perantauannya di luar negeri dan kita sama-sama kurang kerjaan, saya akhirnya menghabiskan hampir setiap hari barengan dia. Mulai dari nyalon sampai ngopi-ngopi cantik (secara kita suka kopi dan kita cantik). Nah entah kabar burung darimana, tiba-tiba saja mulai tersebar gosip kalau saya dengan Zhe lesbi. Buoookk… padahal waktu itu baik saya atau Zhe sama-sama udah punya pacar. Reaksi pertama denger gosip itu siy rada marah, tapi kalau dipikir-pikir lagi kemarahan yang nggak berguna juga mengingat gosip justru bakalan semakin panas kalau sang korban marah, akhirnya aksi yang paling pas yang saya dan Zhe lakukan adalah diam. Ternyata apa kata mereka soal diam itu emas ada benarnya juga.

Tapi buat saya siy masalah gosip soal orientasi seksual yang menyimpang seperti yang terjadi pada saya masih nggak terlalu parah dibandingin sama gosip yang menimpa seorang teman saya, si neng geulis yang profesinya model dengan pergaulan dunia hitam kelas kakap.

Jadi ceritanya waktu itu, secara nggak sengaja saya bertemu teman saya yang lainnya. Bukannya tanya kabar atau basa basi busuk lainnya, hal pertama yang dia bilang adalah kabar kalau teman saya, si neng geulis itu meninggal. Saya shock dong. Langsung tanya banyak, mulai dari kapan sampai kenapa.

Ternyata menurut kabar burung yang beredar (eh tanya dong, kenapa yah judulnya kabar burung?) si neng geulis yang satu itu meninggal sebulan yang lalu gara-gara over dosis. Masuk akal juga siy mengingat pergaulan si neng geulis satu itu yang lumayan menggoda eh… parah maksudnya.

Gosip yang masuk akal ditambah ekspresi lebay teman saya yang sangat meyakinkan akhirnya sukses bikin saya percaya gosip murahan itu.

Nggak lama kemudian, sekitaran dua atau tiga hari setelah gosip tersebut beredar, saya dikejutkan oleh fakta bahwa si neng geulis ini masih hidup dan sehat-sehat saja. Coba diulang: si neng geulis yang katanya meninggal gara-gara over dosis ini masih hidup dan sehat-sehat saja. Malahan saya ketemu dia lagi sibuk belanja di sebuah mall yang lagi hip di Bandung.

Saya siy nggak berani menyampaikan gosip itu ke sang korban langsung, tapi kabarnya waktu ada seorang teman yang lain menyampaikan gosip itu, si neng geulis langsung marah banget dan ngerasa sedih. Ya iyahlah yah, siapa juga yang nggak ngerasa marah atau sedih kalau digosipin mampus?

Moral of the storynya? Lanjut gosip lagi yuuuukkk!!!

Whoever gossips to you will gossip about you.  ~Spanish Proverb

P.s. gambar diambil dari http://sxc.hu

Jojon

10 Aug

Belakangan ini kehidupan gue banyak dibikin kesel sama orang-orang nggak penting. Kalo kemaren gue lagi kesel banget sama si Ujang, sekarang gue dibikin hipertensi sama si Jojon.

Jadi si Jojon ini adalah seorang ABG labil yang sangat menyebalkan. Berasa dirinya orang penting (sama kayak si Ujang). Egois. Selalu pengen didengerin tapi nggak pernah mau ngedengerin apa kata orang. Pengen menang sendiri. Matrealistis. Autis. Dan lain sebagainya yang kalo gue bongkar semua sifat jeleknya, bakalan bisa dibikin buku yang tebelnya 2222 halaman saking banyaknya yang pengen gue bongkar plus cacian gue buat dia.

Bastard!

Hal yang paling melelahkan dan mengesalkan dari ngobrol bareng Jojon adalah menerima pandangannya yang sebelah mata tentang gue alias dia sangat menganggap dirinya spesial, istimewa, penting sementara gue cuma ORANG BIASA yang eksistensinya sama sekali nggak dianggap di dunia ini, sama sekali nggak penting, atau bahasa apa pun itu yang menyatakan gue sebagai manusia yang nggak guna.

Umm… sempet mencurahkan kekesalan gue terhadap seorang teman sampai akhirnya gue dan dia berandai-andai pasti bakalan cocok banget kalo Ujang dan Jojon bersahabat. Judulnya: PERSAHABATAN DUA ORANG PENTING YANG SAMA SEKALI NGGAK PENTING

Notes…, buat Ujang dan Jojon… kalo-kalo kalian baca (which is kayaknya nggak mungkin juga lo baca postingan ini), tolong ngaca ya! WHO DO U THINK U ARE???!

Ngomongin Orang

8 Aug

Kali ini gue lagi pengen ngomongin orang. Tapi gue bukannya mau ngomongin sikap phedopilia bapak yang satu ini atau ibu tukang gosip yang satu ini apalagi ngebahas tentang kesibukan ibu ini. Kali ini gue pengen ngebahas tentang… well, nggak etis banget kalo gue kasih tahu siapa orangnya.

Jadi sebut aja si Ujang adalah seorang teman yang baru gue kenal. Disebut baru karena gue baru kenal dia sekitar sebulanan (atau kurang?) dan gue sama sekali nggak deket sama dia. Nah si Ujang ini adalah orang yang sangat show off, berasa dirinya orang penting padahal nggak, dan sok-sok kenal dengan banyak orang penting. Jadi setiap kali gue ngobrol sama dia, gue ngerasa capek banget karena sikap sok pentingnya itu. Bo, secara gue aja yang selebriti dan jadi model iklan Lux (baca: LUna Maya) biasa aja gitu, lah dia yang orang BIASA-BIASA aja tapi sok penting.

Parahnya, setiap kali dia abis show off atau ngoceh sok penting, dia selalu bilang ke gue untuk nggak bilang siapa-siapa. Well, karena gue bukan tipe orang yang suka rumpi (boong deng! aslinya gue rumpi banget orangnya huehe), akhirnya gue nggak pernah cerita siapa-siapa.

Tapi…

Beberapa hari belakangan ini gue baru tahu kalo ternyata kesombongan dan ke sok pentingan dia udah menyebar di kalangan seluruh penjuru Bandung atau bahkan Indonesia (berlebihan!). Bukan… bukan gue yang cerita ke semua orang. Bukan gue juga yang curhat ke Cut Tari biar masuk Insert. Bukan gue juga yang nulis artikel tentangnya di koran Kompas. BUkan gue juga yang… Arrrggghhh…, pokoknya gue nggak bilang siapa-siapa. Sumpeeeeeehhh!!!!

Dan coba tebak siapa yang bilang ke semua orang tentang sesuatu yang katanya rahasia?! YAh dia… DIA yang bilang jangan bilang siapa-siapa tapi bilang ke semua orang.

Dasar sombong!

Baru segitu aja udah nyombong! Mending kalo emang beneran ada bukti kesombongannya!

Ugh…, sudahlah… gue udah kehabisan kata-kata nih saking betenya gue sama dia!

Najis!