Ini perasaan saya saja atau di luaran sana juga banyak orang yang berpikiran seperti saya ya?
Saya kok merasa kalimat “Cantik itu relatif” cuma berlaku untuk orang-orang tertentu ya? Orang-orang yang nggak cukup oke untuk masuk kategori cantik tapi nggak hancur-hancur amat untuk masuk kategori jelek. Dengan kata lain kalimat tersebut cuma berlaku untuk mereka yang mukanya biasa-biasa aja, standar.
Weits, bentar… jangan dulu timpuk saya pake sendal sebelum kamu dengar penjelasan saya.
Jadi gini lho, beberapa hari yang lalu saya berkenalan dengan seorang pereu yang cantiknya luar biasa dan sekarang pereu ini sudah resmi jadi saingan kerja saya. Namanya Tamara (bukan nama sebenarnya). Kulitnya putih, rambutnya panjang bergelombang, dan mukanya rada indo padahal sama sekali nggak ada darah bule di dirinya. Singkatnya, si Tamara ini memang punya paras yang mirip banget sama Tamara Bleszinsky, cuma yang ini versi mudanya.
Menurut saya, kalimat “cantik itu relatif” jelas nggak berlaku dalam hidup Tamara, karena yah bok, berdasarkan hasil observasi saya, cantiknya si Tamara itu mutlak. Mau tukang becak, tukang somay, tukang ojeg, sampai om-om pengusaha kelas menengah yang kekayaannya nggak akan habis 7 turunan kecuali mereka lagi apes dan nekad mempertaruhkan hartanya di Las Vegas juga pasti bakalan mengakui si Tamara ini cantik. Dari laki brengsek yang matanya jelalatan sampai pereu yang doyan sesama juga pasti bakalan mengakui kalau dia itu cantik. Malah saya yakin kalau kecantikan Tamara ini ditanya sama orang yang matanya katarak juga, mereka bakalan mengakui kalau Tamara itu cantik. Mau nanya ke rumput yang bergoyang juga bahkan jawabannya bakalan sama, Tamara itu cantik.
Jadi cantik itu relatif jelas cuma berlaku untuk perempuan yang dari segi tampang masuk kategori biasa aja. Nggak usah repot-repot nunjuk orang deh, saya sudah menunjuk diri saya masuk dalam kategori biasa aja.
Masih belum cukup bukti juga?
Mari saya kasih studi kasusnya.
Kasus pertama
Saya: “Eh mau gue kenalin nggak sama temen gue, namanya Tamara. Dia lagi cari pacar lho.”
Mr. X: “Tamara cantik nggak, sen?”
Saya: “Cantik dong ah, mana ada temen gue yang nggak cantik?”
Kasus kedua
Saya: “Eh temen gue, Eneng, lagi cari pacar nih. Lo mau dikenalin nggak?”
Mr. X: “Eneng? Cantik?”
Saya: “Cantik itu kan relatif , jadi ntar lo coba aja nilai sendiri si Eneng itu cantik atau nggak.”
…
Got the point?
See! Cantik itu sifatnya mutlak karena ketika saya mengatakan cantik itu relatif, maka fakta yang sedang terjadi adalah saya sedang menilai kecantikan seseorang yang berwajah biasa saja, karena fakta yang sebenarnya terjadi adalah, ketika saya yakin akan kecantikan seseorang, saya akan benar-benar mengatakan bahwa dia cantik tanpa ada embel-embel relatif di belakangnya.
Jadi udah deh, please stop mengatakan bahwa cantik itu relatif di depan saya, karena kalimat itu mulai terdengar hipokrit di telinga saya.
Dan ini catatan untuk kalian yang merasa cantik mutlak: tolong perbaiki kualitas dulu karena ketika seseorang berpikir kalau kamu cantik, orang tersebut akan menaruh ekspektasi yang sangat tinggi pada kamu.
Dan untuk kalian yang merasa dirinya cantik relatif: tenang ajaaa…, pada akhirnya hal yang membuat orang lain nyaman adalah isi kepala kamu, bukan apa yang terlihat di luar.
P.S. posting ini dibuat dalam perasaan nggak karuan dan penuh protes tanpa ada niatan menyerang pihak mana pun. Terima kasih
Recent Comments