Mereka Bilang Saya Matre

3 Apr

Mereka bilang saya matre.

Mereka yang saya maksud adalah beberapa orang teman saya yang akhir-akhir ini karena situasi mengharuskan kami mengerjakan sesuatu dalam tim hingga akhirnya terjalin kedekatan satu sama lain. Jadi berhubung ada begitu banyak waktu yang saya habiskan dengan mereka baik secara offline maupun online, maka akhirnya kami pun saling bertukar cerita tentang segala hal, mulai dari gosip nggak penting hingga hal-hal yang sifatnya berat seperti politik atau perekonomian negara.

Mereka bilang saya matre.

Semuanya berawal dari cerita tentang mengapa saya lebih memilih untuk menjomblo ketimbang berpacaran, mengingat saat ini saya sedang menjalani kedekatan tanpa status dengan seorang lelaki. Saya pun mulai bercerita tentang lelaki yang saya inginkan untuk menjadi pasangan saya. Tidak usah muluk-muluk, saya cuma butuh lelaki yang mapan secara finansial, identitas, dan spiritual.

Mereka bilang saya matre.

Masalahnya ketika mereka bertanya standar mapan secara finansial menurut saya, mereka menyimpulkan bahwa mapan secara finansial menurut saya sama artinya dengan kaya.

Saya pikir apa salahnya menjadi matre? Kenapa, mengutip dari lagu, cewek matre harus ke laut? Kalo semua cewek matre harus ke laut nanti jadi penuh dong?

Dan tanpa bermaksud untuk membela diri sendiri, saya rasa saya lebih mengkategorikan diri saya sendiri sebagai perempuan realistis ketimbang perempuan matre.

Iya, saya akui saya memang mencari lelaki kaya, tapi saya rasa batas kaya yang saya inginkan pun masih dalam tahap wajar. Saya tidak butuh pangeran Kelantan atau anak pengusaha yang bisa membuatkan pesta pernikahan senilai 100M. Saya cuma butuh lelaki yang memiliki pekerjaan, memiliki kendaraan, memiliki penghasilan di atas penghasilan per bulan saya, dan berdasarkan kemampuan ekonomi minimal sama atau kalau bisa lebih baik dari saya.

Itu saja! Cukup!

Lagian kalau saya ini perempuan matre, maka saya akan menuntut lelaki yang dekat dengan saya, baik yang berstatus maupun yang tidak untuk membelikan saya ini dan itu. Kenyataannya adalah saya sama sekali tidak pernah meminta para lelaki itu untuk membelikan saya apa pun. Saya tidak pernah meminta mereka membelikan saya baju, sepatu, atau bahkan handphone. Kalau saya lagi kepingin sesuatu, saya akan menabung untuk membelinya sendiri.

Lalu kenapa saya membutuhkan lelaki mapan finansial, atau menurut mereka, lelaki kaya?

Itu karena saya percaya bahwa cepat atau lambat, ketika saya berkencan dengan lelaki yang dari segi ekonomi di bawah saya, maka uang akan menjadi masalah dalam hubungan kami.

Oh ya, maafkan saya karena saya pernah berhubungan dengan seorang lelaki yang suka membatalkan janji kencan dengan saya dengan alasan sedang tidak punya uang. Maafkan saya juga karena beberapa kali saya sempat menjalani hubungan dengan lelaki yang memanfaatkan saya secara finansial. Maafkan saya karena sejarah hubungan yang kurang baik dengan beberapa orang lelaki membuat saya terpaksa menilai kelayakan seorang lelaki untuk menjadi pasangan saya berdasarkan kemapanan (atau kekayaan)nya.

Lagian, saya rasa wajar saja bila saya membutuhkan lelaki yang mapan (atau lagi-lagi kaya?) sebagai pasangan saya. Setiap orang ‘kan berhak menentukan standardisasinya sendiri untuk menjadi bahagia dengan pasangannya, dan buat saya, salah satu kunci kebahagiaannya adalah dengan memiliki pasangan yang mapan.

Saya percaya uang itu memang tidak bisa membeli kebahagiaan dan menjaga keharmonisan hubungan, tapi setidaknya uang akan membuat segalanya jadi lebih mudah.

Jadi ketika mereka bilang saya matre, saya hanya bisa tertawa kecil dan menjawab “mending matre daripada kere”, sambil berkata dalam hati masih untung mereka bilang saya matre, daripada mereka bilang saya monyet.

36 Responses to “Mereka Bilang Saya Matre”

  1. Asop April 3, 2010 at 3:04 pm #

    Well, kalo cewek pengen punya cowok yang lebih mampu, itu wajar. Emang udah tugas cowok untuk menghidupi wanita nanti kalo udah berkeluarga. Udah tugas cowok dalam pacaran untuk mentraktir cewek (walopun si cowok bersykur banget kalo cewek mau bayar sendiri :mrgreen:).

  2. orange float April 3, 2010 at 4:24 pm #

    banyak sekali kasus perceraian yang disebabkan oleh faktor ekonomi. selalu mentok pada permasalah uang. kalo menurut saya matrenya kamu masih tergolong wajar kok

  3. Sinta April 3, 2010 at 7:19 pm #

    Setujuuuuuu…!!
    sebagai cewek emang harus realistis
    😀

  4. havban April 3, 2010 at 9:19 pm #

    🙂

    mengutip dari catatan seorang sahabat..
    *panjang.. terserah kuat baca apa ngga.. :P*

    http://www.facebook.com/note.php?note_id=260164976511

    ===================================================================
    Terinspirasi dari note master Kobex tentang pria yang cuma punya cinta. Gak jarang pria yang cuma punya segenggam cinta, yang dirasanya seluas samudra, melemparkan keputusasaannya ke pihak wanita dengan menyebut si wanita matre, gak setia, dll. Cinta, harusnya menjadi booster, yang membuat hal yang tidak mungkin menjadi tampak semakin mungkin. Bukan malah semakin ciut krn ada seorang pangeran dari negeri antah berantah tiba- tiba datang menantang sebagai pesaing atau tantangan demi tantangan lainnya yang tak henti-hentinya menggoda komitmen yang belum matang.

    Seorang pria, mahasiswa, mengajukan sebuah komitmen serius untuk menjadi pendamping hidup wanita idamannya. Dia berharap setengah pesimis, karena masih berstatus mahasiswa. Pekerjaan sambilan pun hanya mendapat sejumlah 4 x Rp.15.000,- per bulan. Rupiah yang hanya cukup untuk mengganjal perutnya sendiri maksimal selama empat hari, kecuali suntikan dana dari orang tuanya untuk biaya hidupnya selama kuliah. Selain itu, ternyata ada 3- 4 pria lain yang siap menjadi pesaing. Pria- pria dengan kematangan finansial yang tidak perlu dipertanyakan lagi.

    Si wanita memang menanggapi setengah hati, bukan karena hal finansial. Ditanggapi karena si pria memang dianggap berprognosa baik dalam hal masa depan finansial sehingga tidak perlu dikhawatirkan , sekalipun saat ini bukan siapa- siapa, mengingat lihainya sosialisasi si pria ke berbagai pihak. Setengah hati karena belum kenal dengan karakter si pria walaupon pernah ada secercah “rasa” untuk si pria.

    “Oke, kita coba saling mengenal”, masih dengan setengah hati si wanita mencoba membuka peluang si pria. Tidak memakan waktu lama, si pria memantapkan hati untuk mengajukan komitmen yang jelas untuk meminang si wanita.

    Kini, dengan penghasilan 1,2 juta per bulan, si pria merasa cukup berani & bangga hati (optimisme bertambah) membayangkan sebuah kehidupan rumah tangga bersama si wanita. Lalu, bertanyalah si pria, “berapa kebutuhan finansialmu per bulan?”. Masih dengan setengah hatinya, karena menyadari banyak masalah yang harus dilalui lalu diselesaikan bila si pria tetap bertekad untuk maju melangkah, si wanita menjawab “1,2 juta, kl sudah berpenghasilan 2,4 juta tolong disampaikan ya, insyAllah cukup untuk membangun keluarga kecil sederhana”. Seketika menciutlah kebusungan dada yang sebelumnya ditunjukkan sambil tersenyum lebar, juga terbesit, ternyata wanita ini matre. Padahal si wanita hanya berusaha realistis dengan menghitung kebutuhan finansialnya disesuaikan dengan pengeluarannya selama kuliah termasuk biaya sewa kos, biaya kuliah, kebutuhan hidup sehari-hari selama hidup di kos, juga sudah termasuk saving, yang dirasanya bisa menjadi cerminan pengeluaran saat berrumah tangga per individunya. Sedangkan si pria bukan anak kos, yang otomatis tidak berurusan dengan biaya ini itu, semua masih tanggungan orang tua, sehingga tampak besarlah pengeluaran si wanita padahal dirasa standar olehnya.

    Karena kekeh dengan komitmen yang sudah dibuatnya dengan si wanita, dibukakanlah jalan rezekinya oleh Sang pemberi rezeki walaupun harus rela keluar dari kota kelahirannya sekedar untuk mengais rezeki lebih seperti yang disiratkan si wanita. Alhasil, didapatkan rupiah yang lebih dari cukup. Untuk selanjutnya, si pria lebih berhati- hati untuk over-confident karena satu per satu si wanita menyodorkan masalah untuk diselesaikan sebelum sampai ke pintu pernikahan. Terutama hal- hal prinsipal untuk si pria yang tidak mudah untuk disesuaikan dengan orang tua si wanita. Namun , begitu kuatnya komitmen yang dipegang si pria tidak terusik dengan pesimisme si wanita yang masih dengan setengah hatinya meyakini si pria mampu memenuhi tiap tantangan orang tua si wanita.

    Sekali lagi, oleh karena kemantapan hati & komitmen yang kuat, si pria rela pindah domisili sementara lebih dekat ke domisili si wanita karena diminta camer untuk memudahkan pendekatan ke keluarga, kerja rodi untuk biaya pernikahan yang extra mahal baginya, menunggu hingga batas waktu yang diperbolehkan orang tua si wanita untuk meminang dan berbagai hal lainnya yang baginya di luar kesanggupannya pada awalnya.

    Cinta dijadikannya sebagai modal awal, penggerak langkah, suntikan energi lebih, bukan sekedar keputusasaan dalam genggaman karena semua tampak tak tergapai tanpa tindak tanduk yang konkrit.

    Cinta enggak buta,
    Perlu mata terbuka untuk melihat realita,..
    Mewujudkan yang tiada menjadi ada,.

    ~oleh seorang wanita~
    -Jakarta, 1:11-

    • senny April 5, 2010 at 7:15 pm #

      wow, emang panjang banget.
      anyway, tuh kan berarti perempuan matre itu baik untuk memotivasi para lelaki di luaran sana haha

  5. didot April 4, 2010 at 11:07 pm #

    sen ,segala perbuatan tergantung niat,gak ada yg salah dengan pencarianmu itu,tapi alangkah baiknya jika yg paling utama adalah karena akhlak dan agamanya dalam memilih seseorang

    seperti juga wanita dipilih karena 4 perkara : ”Dikawininya wanita karena empat hal: (1) hartanya, (2) keturunannya, (3) kecantikannya, (4) agamanya, maka pilihlah yang taat beragama, karena akan sejahtera hidupnya”

    maka sebaiknya pria juga dipilih karena agamanya.

    ”Kalau datang kepadamu seorang pria yang meminang yang kau senangi agama dan akhlaqnya, maka terimalah. Kalau tidak, bisa menjadi fitnah di atas bumi dan kerusakan yang besar.” (HR Tirmidzi dan selainnya)

  6. komuter April 5, 2010 at 11:19 am #

    pantes waktu dicari di kantor pos tidak ada, ternyata matre lagi di sini…….
    butuh nih buat bikin proposal……

    • senny April 5, 2010 at 7:29 pm #

      jadi butuh matre yang 3000, 6000, apa yang sejuta nih?

  7. mikow April 6, 2010 at 8:37 am #

    “Saya cuma butuh lelaki yang memiliki pekerjaan, memiliki kendaraan, memiliki penghasilan di atas penghasilan per bulan saya, dan berdasarkan kemampuan ekonomi minimal sama atau kalau bisa lebih baik dari saya.”

    wah tinggal 1 syarat lagi terpenuhi nih, saya belum punya kendaraan. yg sekarang ini masih inventaris kantor 😛

    • senny April 6, 2010 at 5:56 pm #

      huahaha… kembali ke sini kalau udah punya kendaraan ya

  8. hellgalicious April 6, 2010 at 11:30 am #

    kalo cuma gitu mah wajar
    kalo cewe nyari pendamping hidup yang lebih baik itu harus
    jaman sekarang cowo/suami harus bisa ngasi penghidupan buat cewe/istrinya

    kalo ada yang bilang matre cuek aja
    soalnya ga semua cewe itu matree

  9. Agung Pushandaka April 6, 2010 at 2:11 pm #

    Wah, wah.. kok belakangan ibu satu ini sering banget memusingkan omongan orang lain ya? Jangan begitu banget donk Sen. Biarkan saja mereka bilang apa saja, yang penting itu baik untukmu dan ndak merugikan kepentingan mereka. Ya, ndak?

    🙂

    • senny April 6, 2010 at 5:56 pm #

      bukan memusingkan, soalnya udah kejadian itu juga biasa-biasa aja, cuma kepikiran buat ditulis di blog aja

  10. yak April 8, 2010 at 1:22 pm #

    matre gapapa kali Kak, tapi ga kelebihan matrenya. haha

  11. darahbiroe April 8, 2010 at 7:52 pm #

    hehe
    klo menurutq pribadi
    cewek bisa dibilang matree klo dia cuman mau uangna tp gak mo orangna
    klo sama2 suka ma itu wajar gak matreee
    😀

  12. triunt April 9, 2010 at 8:55 pm #

    Dan saya adalah orang yang sangat kepingin kaya seperti yg lo jelasin Sen *bisagakyah*
    tapi kalo cewek tetep ngarepin cewek yg dateng pas masa2 perjuangan 🙂

  13. coretan sayang April 9, 2010 at 9:45 pm #

    salam kenal tukeran liks yuk

  14. Daiichi April 10, 2010 at 11:30 am #

    manusia pada dasarnya matre (berfikir tentang harta) jdi wajar aj, so.. yang bedaken adalah skala priioritasnya, apakah harta menjadi tujuan utama atau sekedar sebagai sarana untuk berbagi dengan sesama.
    jadi ya gitu deh.. ^_^

  15. bri April 11, 2010 at 10:45 am #

    hai apa kabar?

  16. yos April 12, 2010 at 6:54 am #

    wanita matre itu wajar sen, memeng sudah kodratnya wanita memerlukan materi, jadi seorang pria harus belajar bagagimana memenuhi kebutuhan pasngnya dengan sebatas kemampuan yang dia miliki

  17. ajir April 13, 2010 at 9:53 pm #

    setuju dengan alasan2 mbak d atas..
    sama! saya jg pengen cewek yg mapan..
    tp standar mapan mnurut saya jauh diatas standar mapannya mbak Senny.. (yg ini beneran matre..) 😀

  18. kyra.curapix April 14, 2010 at 9:18 am #

    hehe
    sebagian besar si pasti matrelah…

  19. kips April 16, 2010 at 9:20 am #

    Moga segera menemukan pasangan idamanya 😀

  20. Reva Lee Pane April 19, 2010 at 9:51 am #

    Haha….

    Somehow, gw salut sama kejujuran loe yg satu ini… 😀

  21. and1k April 19, 2010 at 5:42 pm #

    ya saya rasa sih mbak itu wajar banget deh seorang pasangan menginginkan hal itu ya masak cuma modal cinta saja tapi yangpenting jangna sampai berlebihan

  22. Aulia April 25, 2010 at 10:26 pm #

    kalau cuma berpisah gara2 ekonomi, sungguh luar biasa.
    duit membuka hancur semua, duit perlu untuk kehidupan dan memenuhi kebutuhan.
    tanpa duit juga susah.

    matre dalam alasan untuk keselarasan dan bisa menjaga hubungan kenapa tidak 🙂

  23. geoff April 28, 2010 at 7:34 pm #

    Emang klo sekedar mapan aj itu gag bsa d sebut matre..
    Itu dah wajar d kalangan cewe saat ini..
    Realistis ajah..
    Tpi klo bsa km jga mikir n ati2 dlm milih cowo yg mapan..
    Bsa aj dy mapan krn hal yg gag jujur ato gag halal..
    N ati2 jgn sampe d manfaatin..ato gara2 dy mapan km prcaya2 aj..
    Pdhal ad udang d balik batu..

    Gud luck w/ ur finding

    -geoff-

  24. natazya April 30, 2010 at 11:58 am #

    hahaha loe emang ketampangan matre kok dear.. ga masalah… u also a very principal girl and i admire u for that… even kalo gw sih memang bukan type matre yang punya standar finansial yang tinggi… But hey, setiap orang bebas menentukan standar sendiri karena toh mereka yang jalanin, kan? 😀

    • senny May 4, 2010 at 10:25 am #

      huahaha…. tampang gue emang tampang matre yah bok? baguslah, jadi gue ga perlu coming out ke para lelaki itu, biar mereka tau sendiri 😀

  25. nd May 4, 2010 at 9:31 am #

    Tentunya realistic 😀

    Tottaly agree!

  26. ImUmPh May 4, 2010 at 6:40 pm #

    Waduh… klo di seluruh dunia ini cewe pada milih cowo mapan kasian cowo CuaQef tapi ga mapan kayak saya ini dunk! hehehehehe
    Argumentasi yang logis dan lugas.

  27. zulhaq May 24, 2010 at 12:32 am #

    banyak hal terjadi, banyak keretakan rumah tangga terjadi, karena faktor ekonomi. semua orang pengen bahagia, pengen seneng, pengen mendapatkan apa yang diinginkan. Lepas dari sebutan matre apa gak, semua orang menginginkan kondisi finansial yanbg baik

    • HANTU June 18, 2010 at 7:57 am #

      asal jangan pas giliran pacarannya bisa dapet apa yg diingini, tapi pas udah marriednya malah bangkrut mendadak aja. 🙂
      kayaknya, itu yang namanya musibah……
      jadi, scara teori, materi pasti bisa didapat tanpa perlu menjadi matre……
      :))))))))

  28. marbella September 8, 2010 at 12:55 pm #

    kalau hal seperti itu masuk kategori matre…. berarti aku juga dong.
    aku pernah dibilang matre sama pacarku. padahal aku ga pernah dikasi apapun sama dia. cuma karena aku ga mau sengsara jadi aku selalu cari uang (halal pastinya)
    sangat aneh……..pacarku itu
    kalau seandainya aku dinikahi dia terus aku yang banting tulang mengidupi keluarga, aku ga mau lah….
    tapi aku menolak dibilang matre, karena pasti semua cewe gada yang mau

  29. Firama Latuheru September 17, 2010 at 3:08 pm #

    jadi inget pepatah lama:
    pria berhak memilih
    wanita berhak menolak

  30. andra September 1, 2015 at 5:29 pm #

    Nyarri suami yang mapan? Hihi. Tingkat penghasilan harus diatas?? Sdkt cerita ne,. Waktu istri gua dulu mutusin mau nikah ma gw pendapatan gua diibawah pendapatan dia,. Ya emang secara usia q lebih muda 3 tahun, wajarlah dia udah kerja 2 tahunan q baru lulus kuliah,. Tp sekarang ne ya neng,. Setelah 5 tahun bekerja aja, pendapatan GW udah hampir 4 kali lipat pendapattan istri gw, karna apa? Karna istri gw ngasih kesempatan gw buat ngebuktiin kalo q yg dulu blm apa2 kelk bisa sukse. Dannn setelah sekarang gw tanya kenapa dulu milih q dr pada yg lain yg lebih mattang secara finansial dia bilang kalo q punya semua yang dibutuhkan seorang pria untuk jadi sukses,. Bodo aja kalo gak milih kamu,. Hehe,. Bukan menyombongkan diri tp q menyobongkan kebesaran hati istriku yang sabar n tulus mendampingiku berjuang,. 🙂

Leave a reply to senny Cancel reply